Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Mayat wanita berinisial RM (50) asal Bandung, Jawa Barat ditemukan dalam sebuah koper di wilayah Cikarang, Bekasi pada Kamis (25/4) lalu.
Polisi menetapkan Ahmad Arif (29) dan saudara kandungnya Aditya Tofik (21) sebagai tersangka pembunuhan tersebut.
Selang beberapa hari, kasus pembunuhan serupa turut terjadi di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
Perempuan yang merupakan Pekerja Seks Komersial (PSK) berinisial RA (23) dibunuh oleh pria bernama Amrin Al-Rasyid Pane (20) di sebuah indekos di Jalan Bhineka Jati Jaya pada Jumat (3/5) sekitar pukul 03.00 WITA.
Amrin memasukkan jenazah korban dan membuangnya di semak belukar yang berlokasi di Jembatan Panjang, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Berikut fakta-fakta kasus pembunuhan dalam koper di Bekasi dan Bali:
1. Pembunuhan Bekasi
Tersinggung saat korban minta dinikahi
Pembunuhan di Cikarang, Bekasi, terjadi di sebuah hotel di wilayah Bandung, Jawa Barat.
Tersangka Arif dan korban sebelumnya sempat lebih dulu bertemu di kantor mereka. Keduanya lantas janjian untuk ketemu di luar kantor dan berujung ke hotel.
Di hotel tersebut, keduanya sempat melakukan hubungan layaknya suami istri. Setelahnya, keduanya terlibat dalam sebuah percakapan dan korban meminta kepada tersangka untuk menikahinya.
Disebut polisi bahwa permintaan dan pernyataan yang disampaikan oleh korban saat itu ternyata menyinggung hati tersangka dan mendorong Arif menghabisi nyawa korban.
“Tersangka tidak terima atau tersinggung perkataan korban yang meminta pertanggungjawaban untuk dinikahi, sehingga membuat tersangka sakit hati,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra kepada wartawan, Jumat (3/5).
Diungkapkan Wira, antara tersangka dan korban mulanya hanya sebatas hubungan pekerjaan di sebuah perusahaan.
Namun, hubungan keduanya kemudian berkembang. Bahkan, keduanya juga pernah melakukan hubungan layaknya suami istri pada Desember 2023.
Selain motif sakit hati, Wira menyebut ada motif ekonomi di balik aksi pembunuhan ini. Sebab, tersangka turut mengambil uang sebesar Rp43 juta milik kantor yang dibawa oleh korban.
“Di samping itu juga ada motif ekonomi, yang mana tersangka mengambil uang korban,” ucap dia.
Benturkan kepala dan cekik korban
Wira mengungkapkan ketika tersangka merasa tersinggung dengan perkataan korban, yang bersangkutan langsung membenturkan kepala RM ke tembok.
Tersangka juga mencekik dan membekap mulut korban selama 10 menit hingga akhirnya korban meninggal dunia.
“Tersangka melakukan perbuatan membenturkan kepala korban ke tembok hingga berdarah. Kemudian pada saat korban tidak berdaya tersangka membekap mulut sekaligus mencekik leher korban selama 10 menit sampai memastikan korban tidak bergerak lagi dan korban tidak bernapas lagi,” tutur Wira.
Dua kali beli koper
Polisi membeberkan tersangka Arif sempat dua kali membeli koper yang akan digunakan untuk menyimpan jasad korban RM.
Kapolres Metro Bekasi Kombes Twedi Aditya mengatakan setelah korban tewas Arif keluar dari kamar hotel di Bandung untuk membeli koper.
“Tersangka keluar dari hotel untuk membeli koper berwarna cokelat terlebih dahulu yang ukurannya kecil,” kata Twedi.
Namun, ternyata koper warna cokelat yang dibeli tersangka tak bisa menampung jasad korban. Alhasil, tersangka membeli koper lain berwarna hitam yang ukurannya lebih besar.
“Setelah kembali ke hotel dicoba untuk memasukkan korban, namun tidak cukup. Kemudian tersangka keluar lagi membeli koper. Kemudian memasukkan korban ke dalam koper tersebut,” tutur Twedi.
Istri bantah tuntut resepsi mewah
AL, istri pelaku pembunuhan mayat dalam koper di Bekasi membantah bahwa dia dan keluarganya menuntut resepsi mewah ke Arif.
Sempat beredar bahwa Arif perlu uang banyak untuk menggelar resepsi pernikahan dia dengan AL.
Dia mengklaim punya gaji yang cukup untuk membantu sebagian biaya resepsi pernikahan.
“Di artikel yang beredar jika keluarga saya menuntut untuk uang resepsi, padahal orang tua saya sudah tiada dan saya yatim piatu. Saya juga memiliki gaji yang cukup jadi untuk resepsi itu sebagian menggunakan uang tabungan saya,” ujar dia.
Batal resepsi
Imbas kejadian itu, AL dan keluarga memutuskan untuk membatalkan resepsi pernikahan mereka.
Dia lantas berkomunikasi dengan pihak vendor terkait keputusan itu.
“Saya itu, bukan main malunya. Semua vendor sudah di-DP dan sebagainya. Keluarga saya aja sampai sakit,” ungkap dia.
2. Pembunuhan Bali
Motif emosi
Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi mengungkapkan peristiwa pembunuhan di Bali berawal saat pelaku memesan wanita pekerja seks komersial (PSK) melalui aplikasi di ponsel. Keduanya sempat tawar menawar hingga sepakat dengan harga Rp500 ribu.
Pelaku melakukan hubungan badan dengan korban di kamar indekos milik pelaku. Setelahnya, pelaku membayar sebesar Rp500 ribu, namun korban tidak terima dan meminta bayaran kepada pelaku sebesar Rp1 juta.
Pelaku menolak membayar harga di luar kesepakatan, sehingga korban mengancam akan mendatangkan pacarnya bersama teman-temannya.
Pelaku pun emosi dan secara spontan melakukan penganiayaan dengan cara menggorok leher korban dari belakang dengan menggunakan pisau dapur milik pelaku yang ada di kamar kos.
Namun, saat itu korban sempat berteriak sehingga pelaku membungkam mulut korban dengan tangan kiri. Tetap saja korban masih berteriak dan memberontak.
Lalu, pelaku dengan cara membabi buta menikam tubuh korban berulang-ulang hingga tewas. Pelaku langsung memasukkan tubuh korban ke dalam koper dan membuangnya ke semak-semak dengan menggunakan sepeda motor.
Patahkan leher agar muat di koper
Kapolresta Denpasar Kombes Pol. Wisnu Prabowo mengatakan koper yang digunakan pelaku untuk menyimpan jenazah korban berukuran medium, sehingga tidak muat.
Karena itu, pelaku mematahkan leher jenazah korban agar muat dimasukkan ke dalam koper.
“Jadi cara memasukannya itu agak dipatah-patahkan yang penting masuk semua ke koper ini. (Yang dipatahkan tubuh korban) lehernya dan setelah digorok, ditikam berkali-kali dimasukkan ke dalam koper. Otomatis kan dipatahkan lehernya,” ujarnya.
Pelaku serahkan diri ke polisi
Setelah membuang koper berisi jenazah korban, pelaku lantas berniat kembali ke indekos. Namun, situasi indekos saat itu sudah ramai warga dan polisi, sehingga pelaku membatalkan niatnya. Sepeda motor ditinggalkan di Jalan Bhineka Jati yang tidak jauh dari TKP.
Pelaku kemudian meminjam sepeda motor milik temannya untuk menuju ke indekos kakaknya yang beralamat di Desa Kelan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
Pihak kepolisian Polsek Kuta mendatangi indekos milik pelaku dan menemukan kartu identitas pegawai milik pelaku. Polisi lantas melakukan pengejaran.
Namun, atas nasehat kakak, pelaku diantar untuk menyerahkan diri ke Polsek Kuta.
“Pelaku telah mengakui perbuatannya yang telah melakukan pembunuhan karena kesal dan emosi. Dan, mengaku melakukan pembunuhan dengan cara menggorok leher dan menikam tubuh korban kemudian memasukkan ke dalam koper dan pelaku juga membuang handphone korban di Jalan Bypass Ngurah Rai,” ujar Sukadi.
(lna/wis)