Jakarta, CNN Indonesia —
Banjir merendam sebagian wilayah Kampung Bulak Barat, Kelurahan Cipayung, Depok, Jawa Barat, sejak tujuh bulan lalu. Akibatnya, akses jalan yang menghubungkan Kampung Bulak Barat dan Kelurahan Pasir Putih, Sawangan, terputus.
Rumah warga yang terendam banjir itu berada di RT 03 dan RT 04 RW 08. Ada enam keluarga yang akhirnya memilih mengungsi.
Wilayah yang terendam banjir itu merupakan salah satu jalan penghubung utama antara Kecamatan Sawangan dan Cipayung. Saat ini jalan tersebut tidak dapat dilalui, sehingga warga harus memilih rute lain yang 3 kilometer lebih jauh.
Menurut penuturan warga bernama Maeh (70), banjir memang kerap terjadi selama dua tahun terakhir. Namun, banjir terjadi hanya ketika hujan.
Biasanya ketinggian air rata-rata hanya 0,5 meter. Namun, situasi memburuk signifikan pada Oktober 2023.
Ketinggian banjir mencapai dua meter. Banjir pun tak kunjung surut.
“Saya sudah lahir dan tinggal disini selama 70 tahun, enggak banjir. Banjir baru terjadi dua tahun terakhir. Apalagi banjir berbulan-bulan gini aneh banget,” kata Maeh saat diwawancara CNNIndonesia.com, Kamis (2/5).
Penyebab utama banjir adalah penumpukan sampah di Kali Pesanggrahan dan hujan yang terus-menerus, sehingga sungai meluap. Situasi diperburuk longsoran sampah dari tempat pembuangan sampah terdekat.
Dampak banjir sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, sehingga banyak warga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman. Mereka mulai pindah pada saat Ramadan, yaitu sekitar Maret hingga April 2024.
Namun, masih ada sejumlah warga yang memilih tetap di rumah mereka karena kurangnya alternatif tempat berlindung. Mereka bertahan meski diselimuti kecemasan tiap hari.
Pada saat yang sama, sejumlah warga juga menjadikan area sekitar banjir sebagai tempat memancing. Warga bernama Rahmat mengaku bisa dapat ikan dari aktivitas memancing di wilayah banjir.
“Ya, kan kebun kebanjiran jadi orang manfaatin buat mancing saja. Lumayan dapet bawal, gabus, lele. Ya, dapat tiga ekor, lima ekor juga bisa kalau lagi banyak,” ucapnya.
Pada Kamis, Wali Kota Depok Mohammad Idris meninjau langsung banjir di di RT 04 RW 08. Idris menuturkan Pemkot Depok sudah membuat kajian untuk menanggulangi banjir di lokasi tersebut.
“Waktu itu saja diperkirakan sudah sampai triliunan pembiayaannya, maka harus pemerintah pusat, cuma belum kita ajukan lagi hasil kajian terakhir kita,” kata Idris dikutip dari keterangan tertulis Pemkot Depok.
Pemkot Depok telah mengajukan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk penataan Kali Pesanggrahan dari Hulu sampai Hilir batas Kota Depok.
Secara bersamaan, pemerintah akan melakukan pengukuran di tanah dan rumah warga. Pemkot Depok pun akan mengumpulkan sertifikat milik warga,
“Berapa bidang tanah, kita hitung fiskal kita, kalau mungkin cukup kita akan bebaskan di Anggaran Belanja Tambahan (ABT), sebab di ABT juga banyak kebutuhan lahan ya, lahan sekolah, kantor dan lain sebagainya, nanti kita lihat prioritasnya,” ucap Idris.
“Kalau ini sudah darurat, sebenarnya bisa pakai dana belanja tidak terduga (BTT), cuma BTT enggak cukup harus di APBD-kan,” katanya.
(csp/tsa)